HARI KEDUA
Yang kami lakukan setelah bangun adalah berenang. Sungguh tiada hari di mana kami tidak berenang. Hahaha.
Pagi itu walau udah jam 9 pagi, tapi kolam renang sepi banget. Cuma ada kami bertiga. Mana airnya hangat, jadi makin menyenangkan untuk berenang. Hampir satu jam kami berenang, setelah itu ke kamar untuk siap-siap check out.
Suami ada pekerjaan yang harus di-update sedikit sehingga harus stay di kamar hotel, sementara saya dan Kaleb memutuskan untuk jalan-jalan lagi di sekitar hotel.
Lagi-lagi ketika kami keluar dari hotel, jalanan Kuta sepi banget. Kayaknya nih orang belum bangun dari party semalam. Karena semalam pas kami pulang jam 9 malam, jalanan Kuta rame banget. Sempat juga terdengar jam 3 pagi, ada orang yang baru masuk kamar hotelnya. Party di mana, dek? Wakakaka.
Sungguh matahari Bali benar-benar panas. Akhirnya kami memutuskan untuk ngadem di Beachwalk aja. Tapi ternyata mall di Bali bukanya jam 11 siang. Di sekitar mall, udah banyak orang yang ngemper duduk-duduk demi nunggu mall buka. Yakin banget sih mereka mau ngadem juga. Hahaha. Ya karena orang ngemper di trotoar dan bawah pohon, saya juga ikutan lah. Tapi karena Kaleb nggak mau ngemper, jadi ya udah saya ajak nyeberang ke pantai Kuta biar bisa main-main dulu. Enak ya mall depan pantai.
Walau Kuta pantainya nggak bersih karena banyak sampah, tapi menyenangkan juga kalau buat main-main sebentar, mah. Kaleb yang kebanyakan tahunya pantai Ancol, begitu lihat pantai Kuta yang ada ombaknya dia senang banget. Dari yang tadinya takut-takut kalau kena ombak, malah dia yang mau nyebur nantangin ombak. Untungnya ku peringatkan untuk nggak basah karena kita kan mau nge-mall. Kalau harus balik ke kamar hotel, mayan yes jalannya di bawah terik matahari. Akika lemas!
Jam 11 tepat kami udahan main di pantai dan langsung ke mall. Lucu ya mall di depan pantai gini, ada yang masih pakai baju selam ya masuk aja ke mall, ada yang kakinya penuh pasir kayak kami juga, ada yang atasannya bikini. Pokoknya bebas aja masuk mall.
Kami sarapan roti dan minum boba sambil nunggu papanya selesai kerja. Pengennya sih berendam di lautan es ya saking panasnya. Setelah papa kasih kode udah selesai, kami kembali ke hotel untuk check out.
Review Mercure Kuta: Hotel ini udah cukup lama, ya. Lobinya menurut saya cukup gelap. Begitu pun dengan koridornya cukup gelap. Walau di lantai ada lampu, tapi tetap menurut kami masih gelap. Kamarnya tidak terlalu besar, tapi semua cukup bersih. Tapi yang paling memuaskan adalah infinity pool-nya yang enak banget dan pemandangannya bagus. Selain itu, tempatnya strategis dan dekat dengan Beachwalk. Terima kasih, Mercure Hotel!
Kami makan siang di Pho Thin daerah Dewi Sri tidak jauh dari Kuta. Pengen makan Pho karena kangen yang segar-segar berkuah. Tapi menurut kami toppingnya kurang, ya. Kurang ada toge crunchy. Jadi toppingnya lebih dipenuhi sayuran. Selain itu dagingnya kurang tipis, walau tetap lembut untuk dikunyah. Di Pho Thin cuma ada satu menu makanan. Jadi semua harus pesan menu itu. Pas kami datang, tempatnya cukup penuh. Jadi kami pikir, tempat ini cukup jadi tempat favorit Pho di Bali. Harga Pho-nya Rp 70.000. Lumayan, tapi udah pernah coba Pho yang lebih enak di Jakarta.
Setelah kenyang, kami ke Mall Galeri Bali. APAAA, ke mall lagi? Jadi ceritanya kami udah minta ijin ke guru Kaleb bahwa Kaleb ga bisa sekolah dulu karena ke luar kota. Kaleb udah PTM, kan. Tadinya ibunya saklek nggak mau kasih ujian susulan karena alasannya bukan sakit. Dan saya pun ya udahlah, kalau nggak bisa mau diapain coba. Tapi habis itu gurunya kayak nggak rela Kaleb nggak ikut quiz, jadi dia membujuk saya kalau hari di mana Kaleb quiz, Kaleb ikutan aja online. Nggak papa nggak pake baju seragam, tapi kalau bisa pakai kemeja putih. Nggak ada buku nggak papa, asal ada alat tulis. HAHAHAHA kocak, malah gurunya yang nggak rela Kaleb nggak quiz dan ketinggalan pelajaran. Padahal orang tuanya santai. Namanya juga sekolah Katholik, kan. XD Jadi kami mau ke Matahari untuk cari kemeja putih.
Nah, beda dari Beachwalk yang kelihatannya mall untuk para turis dengan busana minim layaknya ke pantai, di MBG ini kebanyakan orang lokal dan ruameee banget. Bahkan masuk ke mall-nya aja antri. Untungnya cepat dapat kemeja putih polos sehingga kami buru-buru keluar. Nggak tahan ya bok rame banget orang. Jiwa introvertku meronta-ronta.
Tujuan kami berikutnya adalah Hotel Hilton Nusa Dua.
Jadi kami memutuskan untuk menikmati satu hari penuh di hotel saja karena fasilitasnya yang lengkap dan ada pantai yang bagus juga. Nggak perlu ke mana-mana lagi.
Sampai di Hilton, tiba-tiba resepsionis bilang kamar kami di-upgrade. OMG seumur hidup nggak pernah di-upgrade, sekalinya di-upgrade pas di Hilton. Rasanya pengen langsung sujud syukur di pinggir pantai nggak, sih. XD
Kamarnya cakep dan luas banget. Tempat tidurnya besar dan buat bertiga aja masih sisa banyak space. Amenities yang dikasih juga lengkap. Plus ada bathtub. Dan yang paling spesial adalah pemandangan langsung ke laut. Duh, benar-benar cantik banget, deh. Oh ya, pintunya juga otomatis. Jadi kalau dibuka pintu ke arah balkon, maka AC kamar mati. Kalau ditutup, nyala otomatis. Wow, aku amazed! Hahaha!
Tapi kabarnya karena hotelnya membelah hutan, jadi masih banyak monyet berkeliaran di sekitar hotel. Jadi diharapkan nggak meninggalkan makanan di balkon supaya tidak dimampiri monyet. Biasanya monyet-monyet ini berkeliaran setiap pagi atau sore. Cuma kalau ada orang di dalam kamar, mereka nggak berani masuk, kok. Sepanjang kami nginep di situ, nggak ada monyet masuk ke kamar, sih.
Setelah istirahat sebentar, kami memutuskan untuk berenang. Ternyata menuju bagian pantai dan kolam renangnya jauh banget. Harus naik turun lift dan pindah wings hotel. Karena hotelnya terletak di lembah dan bukit jadi contour hotel mengikuti tanahnya.
Jalan jauh dan sempat tersesat menuju pantai ternyata nggak sia-sia karena menuju sana aja udah kelihatan pemandangan yang cantik banget. Kayak pemandangan di lukisan atau film-film. Kolam renangnya ada 3 bagian: ada kolam anak-anak yang berbentuk seperti pantai dengan pasir buatan jadi anak-anak yang masih takut ke pantai bisa main pasir di sini. Kolam anak-anak ini dilengkapi dengan net untuk voli air dan basket air. Bolanya juga disediakan. Di sebelahnya ada lapangan rumput untuk main bola lengkap dengan dua gawangnya. Lalu ada kolam panjang dan besar dengan ketinggian lebih dalam untuk orang-orang dewasa. Lalu yang terakhir ada jacuzzi berisi air hangat yang pemandangannya menuju laut. Cakep banget.
Di sebelah kolam renang, ada pantai dengan pemandangan yang bagus banget. Disediakan bed juga untuk duduk-duduk dan ada restoran kecil di sampingnya. Semakin sore semakin banyak orang yang main ke pantai karena ombaknya yang bersahabat. Kaleb sampai nggak mau disuruh pulang karena ini pengalaman pertama yang dia ingat (sebelumnya ke Bali doi masih balita, ke Ancol nggak ada ombak, ke Anyer, ombaknya kecil), dia main dengan ombak lebih menantang. Setelah selesai dari pantai, Kaleb lanjut lagi ke kolam anak-anak sampai gelap. Kayaknya kami baru selesai setelah melihat orang hotel mulai membersihkan bed-bed dan mengisyaratkan kolam renang akan ditutup.
Selesai berenang, kami lanjut lagi berendam di bathtub di kamar. Sungguh lama-lama kami jadi mermaid karena setiap waktu kerjanya di air terus. Tapi bener deh liburan leyeh-leyeh berenang santai gini adalah hal yang kami sukai banget dan sulit dilakukan di Jakarta.
Setelah puas berendam, baru deh sadar kalau udah jam 8 malam lebih dan kami belum makan malam. Suami dan Kaleb ngidam makanan lokal. Jadi kami cari babi guling. Sayangnya, Warung Babi Guling Pak Malen favorit kami udah tutup. Dan kebanyakan babi guling juga udah mau tutup. Huhu. Jadi kami cari babi guling yang buka sampai malam banget: Warung Babi Guling Bu Dayu di Kuta yang buka sampai jam 2 pagi.
Sampai di Bu Dayu, ternyata tempatnya super rame dan terlihat orang antri panjang banget. Tapi pergantiannya cepat, kok. Dan nggak semua yang antri makan di tempat, banyak yang take away juga setelah lihat ramai banget. Untungnya tempatnya outdoor, jadi relatif lebih aman.
Menurut kami babi guling Bu Dayu ini enak, tapi masih lebih enak Pak Malen. Mungkin karena babinya Pak Malen lebih crunchy, ya. Tapi ya Bu Dayu tetap enak, kok. Terutama buat Kaleb yang dalam sekejap makanannya habis dan dia bilang dia suka banget.
Dengan kenyangnya perut kami, berakhirlah hari ini. Sampai ketemu besok di hari ketiga.