(Part-1) Money Can’t Buy Love But A Chance

“Money Can’t buy Love… ”

Ya, itu adalah peribahasa yang saya dan kebanyakan orang sudah tahu. Tapi dari pengalaman yang saya alami ternyata ada peluang yang bisa diciptakan dari uang. Yup.. besar kecilnya uang tersebut bukanlah tolak ukur seberapa besarkah peluang yang didapat. Paragraf berikut akan saya ceritakan apa sih peluang tersebut? Apa hubungannya dengan cinta?

Saya memiliki sebuah perkumpulan remaja jemaat di Gereja yang merupakan turunan dari perkumpulan jemaat orang tua Gereja yang dibagi atas beberapa wilayah, dan saya dengan si Doi tergabung di wilayah yang sama yakni wilayah 6. Kegiatan perkumpulan ini berisi pelayanan seperti bernyanyi di Gereja, kunjungan rohani ke Gereja lain atau ke panti asuhan, penjara, dan tempat-tempat lain yang membutuhkan penghiburan rohani. Kalo saya perhatikan wilayah kami (wil.6) termasuk kompak, karena range umur kami tidak berbeda jauh, yah walo tidak semuanya sih ada juga yang beda umur 8 thn. Tapi itu bukanlah kendala berarti karena kami rata-rata memiliki visi-misi yg sama, pola pikir hampir sama/sama, ngobrolnya nyambung, jaid cepet klop nya dan kita juga tidak memaksakan teman-teman lain yg belum aktif (cuma simpatisan) untuk ikut aktif, jadi intinya mau ikut aktif bagus, kalo ga aktif juga gapapa. Tidak dipaksakan, pokoknya harus dengan kesadaran tanpa paksaan.

Kalo saya sendiri karena sudah lama bergabung saya tidak ada masalah dengan kegiatan-kegiatan yg dilakukan karena saya sudah banyak mengenal anggota jemaat yang lain, namun bagi sebagian orang ada yang cepat berbaur karena memang mereka supel, namun ada juga yang lama prosesnya untuk berbaur. Nah, si pacar saya ini si Naomi Tobing termasuk yang malas berbasa basi, pokoknya to the point aja deh orgnya 😀 Si pacar bisa dibilang jemaat baru di wil.6. Si pacar lebih suka di rumah (tipikal anak rumahan) xp nonton dvd, nonton bioskop (bisa lho nonton bioskop sendiri aja :D), jam 10 udah tidur (era sebelum bertemu saya :D), sering kongkow hanya dengan teman-teman yang deket banget. Si pacar males untuk aktif di wil.6 tapi terus didesak bapak mamanya untuk aktif, sampai harus dikasi uang Rp. 50.000 setiap mau ikut perkumpulan. Woww… kalo dalam 1 bln ada 4x pertemuan kalikan aja dengan 1 thn. Wah bisa jd lahan mata pencaharian sampingan nih huehue.. yap.. Dari Rp 50.000,- inilah saya bisa dapat peluang untuk bertemu Naomi Tobing my future wife 😀 Yup.. kita bertemu di perkumpulan wil.6. Andaikan si pacar bersikeras tidak mau ikut wil.6 maka tidak ada kisah cinta saya, tidak ada keriaan, canda tawa, air mata yang kita share termasuk artikel yg saya tulis ini. Sejak artikel ini ditulis si Naomi Tobing pasti sedang senyum-senyum simpul menunggu-nunggu apa sih isi artikel saya? Hahaha..

Well waktu sudah menunjukan pukul 06.45 tandanya saya harus siap-siap kristalisasi keringat (TUKUL mode: ON) 😀 Next akan saya post artikel lanjutannya.. Part-2 so stay tune.

-Abraham Ardiles Siahaan-

2 thoughts on “(Part-1) Money Can’t Buy Love But A Chance

Leave a reply to maya Cancel reply