#AbeBirthdayTrip

Ealah, udah hampir sebulan nggak update blog. Bukan sibuk, kok, cuma lagi males aja. Males kok ya dipelihara, sih. XD

Tepat tanggal 30 Mei kemarin Pak Suami ulang tahun. Setelah merasakan serunya #KalebBirthdayTrip kemarin, jadi pas Pak Suami ultah pun mendingan kita trip lagi aja. Karena nggak punya banyak cuti, jadi kita jalan-jalan yang dekat-dekat aja: Bogor.

Pagi-pagi rayain ulang tahun Pak Suami dulu. Udah bertahun-tahun nikah dan hampir selalu barengan, dia tetap nggak nyadar kapan saya beli kue ulang tahun. Hahaha!

IMG_6052

Bapak yang berbahagia dengan Kaleb yang sibuk liatin lilin

Yuk kita mulai #AbeBirthdayTrip ini. Sekitar jam 10 pagi kita berangkat ke Bogor. Tadinya mikir udah kesiangan, nih. Tapi ternyata berangkat jam 10 itu tepat banget karena udah nggak macet lagi akibat orang pergi ke kantor. Perjalanan ke Bogor pun lancar tanpa macet berarti.

Tujuan pertama kita adalah makan di restoran Lemongrass yang lagi hits. Restoran ini terletak di pinggir Jl Padjajaran. Sayangnya plang namanya ketutupan pohon jadi kurang jelas, akhirnya kita kelewatan dan harus muter balik. Untungnya pas kita sampai restorannya belum terlalu rame, karena ternyata nggak lama kemudian restorannya langsung penuh.

Kenapa sih resto ini hits banget? Interiornya instragamable, pelayannya ramah dan tanggap, bersih, makanannya afordable dan cukup enak. Jadi kita puassss banget makan di situ.

IMG_7385

Cakep banget kan interiornya. Banyak bunga-bungaaaa *tiduran di rumput ala Syahrince*

IMG_7382

Suami aja bilang ini enak banget

IMG_7402

Wajib foto di tempat yang ada tulisannya dong

IMG_7411

Jalan bak model majalah keluarga

Setelah kenyang dan puas, kita pun melanjutkan perjalanan ke Kebun Raya Bogor. Tempatnya pun nggak jauh, tinggal lurus aja dari Lemongrass. Bogor hari itu lagi mendung dan agak hujan rintik-rintik tapi nggak papalah ya, makin adem.

Tiket masuk ke KRB Rp 14.000 per orang (anak kecil seumuran Kaleb masih gratis) dan mobil Rp 30.000. Cukup murah untuk ukuran kebon berhektar-hektar gitu. Tadinya kita mau masuk ke Istana Bogor tapi sayangnya udah tutup kalau siang gitu. Jadi kita pun bersantai di tamannya aja.

Kaleb kayaknya senang banget liat yang taman yang besaaar dan hijau, plus adem. Dia duduk anteng di strollernya *ajaib* dan menikmati banget pemandangan. Sesekali dia kita biarin main di rumput. Happy banget dia.

KRB ini emang bagus banget, ya. Koleksi tanamannya banyak, tapi sayang ada beberapa pengunjung yang bandel buang sampah sembarangan. Pengen ditoyor banget nggak, sih!

IMG_7431

IMG_7440

Aku senang di siniiii!

IMG_7416

IMG_7459

Udah cucok belum jadi model majalah, nih?

IMG_7475

IMG_7464

Ciyeeeh!

IMG_7419

Si manis yang anteng duduk di stroller. Mamas & Papas terbukti handal di medan yang naik turun, berlubang, terjal. Kece!

IMG_7444

Hijau, adem, tenang

Setelah puas berjalan jauh, tapi nggak berasa karena cuaca adem. Kita pun nyantai dulu di Grand Garden Cafe yang dulu namanya Kafe Dedaunan. Udaranya kan sejuk jadi paling enak ngemil pisang goreng dan poffertjes, plus bandrek dan bajigur. Sebenarnya rasa makanannya biasa banget, nggak istimewa, plus porsi kecil. Tapi kongkow di cafe ini emang beneran enak karena pemandangannya yang ke KRB yang hijau tenang. Duh, suka banget deh berlama-lama di sini. Oh ya, saking sejuknya Kaleb sampe ketiduran cukup lama, lho selama kita nongkrong.

Sekitar jam 4 sore pun kita pulang biar nggak kena macet. Untungnya lawan arah kemacetan jadi pulangnya pun lancar jaya. Ah, senang banget hari ini bisa refreshing sejenak. Pak Suami yang ulang tahun pun happy banget. Ulang tahun lainnya kita adain trip lagi ya Pak Suami!

Happy birthday dear hubby. May God give you what you want and may you grow as the man of God. I love you most! :*

The Sweetest

My husband is probably the sweetest person.

Sejak hamil, tubuh rasanya berubah 180 derajat. Pegel, capek, pusing, eneg, lemah. Setiap pulang ke rumah, yang pengen dilakukan cuma rebahan di tempat tidur. Nggak kepikiran mau bersihin rumah atau pekerjaan rumah tangga lainnya. Hey, I’m focusing on this aching body. Tentunya suami adalah orang pertama yang jadi tempat sampah keluh kesah saya.

“Aku pegel. Badanku semua sakit. Capek banget.” kata-kata pertama yang dilontarkan ketika bertemu suami sehabis pulang kantor.

“Aduh, kamu lama banget sih datangnya. Aku udah mau pingsan nih saking pusingnya.” terucap ketika suami terlambat menjemput.

Dan sejuta keluhan lainnya lagi. Ada kalanya saking sakitnya nggak hilang-hilang dan nafsu makan berkurang karena eneg terus, saya mau nangis karena nggak tahu harus gimana.

But my husband is the sweetest person. Sejak pertama tahu saya hamil, dia mengambil seluruh tugas rumah tangga. Dia membiarkan saya langsung masuk kamar sejak pulang kantor untuk istirahat karena tahu saya pasti lagi kesakitan. Dia langsung menyiapkan makanan. Bukan cuma menyiapkan, tapi dia memasak. Pertama kalinya memasak, sedangkan saya cuma memberi instruksi saja. Ketika makanan siap, dia akan memanggil saya untuk makan. Kemudian, ia masih harus mencuci piring dan segala macam perabotan makan lainnya. Sementara tentu saja saya sudah balik lagi ke kamar. Tidak lupa, dia juga masih harus memberi makan anjing kami, si Mika.

Sebelum saya tidur, dia akan masuk kamar untuk memijit punggung saya yang pegal dan mengusapkan minyak kayu putih di punggung. Kadang-kadang dia tertidur ketika sedang memijit saya. Tapi biasanya ketika saya sudah mengeluh seharian badannya sakit, dia akan memastikan akan memijit sampai tuntas tanpa ketiduran. Pijitannya membuat saya tidur lebih nyenyak dan keesokan harinya bangun dengan lebih segar.

Sehabis memijit saya, dia masih harus membawa Mika jalan-jalan keliling komplek. Kalau rumah sudah kotor, dia akan lanjut menyapu dan mengepel. Kadang-kadang pekerjaannya baru selesai hampir tengah malam. Tiap malam dia juga tidak lupa merebus sari kacang hijau untuk saya minum. Untuk refreshing, dia tidak langsung tidur tapi lanjut main komputer dulu. Biasanya sekitar jam 01.00 saya terbangun dan melihat belum ada suami di samping saya. Ketika saya panggil baru dia masuk kamar untuk tidur.

Waktu baru awal kehamilan dan tiap pagi disertai rasa pegal tak tertahankan, suami yang membuatkan sarapan. Bukan cuma membuatkan sarapan, dia juga memasak lagi untuk bekal makan siang kami. Sampai kadang-kadang dia lupa untuk makan pagi karena saking sibuknya. Dia harus tergopoh-gopoh untuk mandi dan siap-siap ke kantor. Membereskan tempat tidur kami karena dia tahu saya nggak suka meninggalkan kamar dalam keadaan berantakan. Waktu itu saya sungguh malas sekali membereskan kamar. Tidak meminta suami juga untuk membereskan kamar, tapi dia melakukannya sendiri. :’)

Setelah membereskan kamar, dia akan memanaskan mobil, memberikan Mika makan, dan membuang pup Mika di halaman. Baru kemudian kami berangkat ke kantor bersama-sama. Pulangnya kami bertemu di tengah-tengah antara kantor kami untuk sama-sama pulang. Di tengah jalan ketika saya mengeluh, dia pun mengelus punggung saya dan selalu bilang, “Nanti aku pijitin sampai lama, ya.”

Semua rutinitas itu berulang setiap hari. Bayangkan betapa capeknya dia mengurusi saya. Sampai dia pernah sakit karena terlalu capek. He really takes good care of me. I can’t ask for a better husband because I already got the sweetest one. There is no doubt that he’s gonna be a good father too. I am forever lucky to have him. :’)

Akibat Piala Dunia

Selamat datang Piala Dunia 2014!

Nggak, saya nggak suka bola, kok. Musiman aja sukanya. Itu pun kayaknya musim ini nggak terlalu ngikutin. Seperti biasa saya akan dukung Italia, sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Dulu sih alasannya karena ada Fabio Cannavaro. Sekarang doi udah pensiun dan saya kehilangan arah gini. Hahaha! Jadi ya tetap dukung Italia, tapi nggak tahu karena apa. Oh, mungkin karena itu negaranya Cannavaro. *cetek abis, mak!*

Oh ya, Cannavaro baru datang ke Indonesia awal bulan ini, lho. Yang lebih bikin dadaku sesak adalah………..kenapa Jupe yang disuruh nyambut mereka? WHYYYY? Dapet kan tuh cium pipi dan peluk-peluk Cannavaro. Hiks! *iri setengah modar* Tega kamu, Jupe! #drama

Anyway, selama musim bola ini tentu saja suami tercinta nonton, dong. Masalahnya adalah hak siar Piala Dunia di Indonesia dikuasai oleh klan Bakrie *cis!*: ANTV dan TV One. Udah deh, saya yang pake TV kabel First Media mah tinggal gigit jari aja karena tayangannya diblok. Belum lagi internet juga pake First Media jadi juga nggak bisa streaming. Tapi demi memuaskan hasrat suami nonton bola, saya pun ngetwit nonton di mana selain ANTV dan TV One. Ada yang menyarankan nonton di wiziwig(dot)tv. Jadi saya kasih tau suami dan bener aja bisa streaming. Hore! Tapi ya mana puas sih nonton di layar komputer doang.

Sebenarnya kita punya antena dalam untuk TV di kamar. Itu antena hampir nggak kepake karena saya jarang nonton TV di kamar. Nggak suka berisik, bok! Lagian walaupun udah pake antena di TV kamar tetap gambarnya semut berbaris. Nggak bisa liat apa-apa juga. Eh, apa karena kamar saya terletak di bagian ujung rumah jadi susah nangkap sinyal, ya?

Akhirnya saya bilang suami untuk pake antena kamar aja di TV ruang tamu. Siapa tau hasilnya lebih kece. Bener aja, gambarnya lebih jelas. Suami pun bahagia tak terkira karena bisa nonton di layar besar dan bisa sambil tidur-tiduran di sofa. Pesan istri cuma satu, habis Piala Dunia kelar tolong itu antena dibalikin ke kamar karena kalau di luar merusak pemandangan. Hahaha, teteeep fokusnya estetika.

Bagaimanakah nasib istri di Piala Dunia kali ini? Istri mendapatkan tempat tidurnya untuk seorang diri aja. Lega bener, bok! Akibat nonton bola, suami jadi lebih sering ketiduran di depan tv sampe pagi. Pisah ranjang gitu jadinya, bok. Hahaha. Nggak denger suara ngorok lagi. Eh, tapi lama-lama sepi juga, ya. Nggak ada yang pijetin sebelum tidur, plus nggak ada yang gangguin kalau tidur. Hihihi. Suamiiii, ayo balik lagi ke kamar habis nonton bola!

Maka dengan ini saya deklarasikan bahwa istri hanya berada di urutan kedua di bawah bola. HAHAHA. Selamat nonton bola semuanya!

Go Italy! 😀

My Birthday Boy

Jumat, 30 Mei kemarin, suami berulang tahun. Ayo, coba tebak berapa umurnya? Yang pasti, belum terlalu tua sampe nggak asik lagi. Hihihi.

Untuk ulang tahun kali ini saya clueless mau kasih apa dan mau diapain. Pertama, dia pengen skateboard, yang saya tolak mentah-mentah. Bok, main skateboard di mana? Jalanan Jakarta aja nggak rata, susah kan main skateboard. Palingan di Senayan sana kali, ya. Itu pun kalau nggak rutin kan sayang soalnya harga skateboard ternyata mahal. Kedua, dia pengen ganti HP bututnya yang masih pake BB. Sebenarnya secara tampilan fisik sih HP-nya masih oke banget tapi seperti masalah BB lainnya, tiap saat muncul jam pasir. Bikin emosi jiwa, yes?

Hari Jumat itu, kita berdua kerja seperti biasa. Saya cuma ngucapin ulang tahun pas pagi aja dan foto-foto bentar. Nggak pake kue karena belum beli. Mau ngumpetin gimana kalau suami pasti buka kulkas. Hahaha. Tahun kemarin kan kebetulan saya libur pas dia ulang tahun jadi bisa ngumpetin kue dan bikin surprise. Jadi saya pikir nanti aja pulang kantor beli cake-nya. Plus, biar suami nggak curiga jadi saya biasa-biasa aja terhadap ulang tahun dia. Hihihi.

Pulangnya kita janjian di Pacific Place. Cuaca hari itu buruk banget, deh. Hujan deras dan macet parah. Udah mana itu kan Jumat malam jadi ya macetnya pasti menggila. Suami yang sampe duluan saya minta untuk cari restoran. Sebenarnya tadinya dia mau nunggu saya di lobi, tapi kalau dia nunggu di lobi gimana saya bisa beli cake, dong? Jadi saya suruh dia cari restoran dengan alasan kalau Jumat malam restoran suka penuh.

Suami cari restoran, saya langsung ke lantai paling bawah PP untuk beli Twelve Cupcakes. Kenapa cupcakes, bukan cake? Karena dari pengalaman tahun lalu beli cake pasti nggak bakal habis karena terlalu besar untuk 2 orang. Jadi daripada mubazir di kulkas mendingan beli cupcakes yang nggak terlalu banyak dan pasti habis.

Setelah beli cupcakes, saya lihat di sebelah eskalator ada yang jual bunga. Ih, suami yang nggak romantis ini kan belum pernah dapat bunga, jadi saya beliin dia bunga. Hihihi.

Buru-buru naik ke Fish and Co untuk nemuin suami yang udah nunggu. Di depan Fish and Co saya minta bunga dan cupcakes dikeluarin nanti aja pas setelah makan. Setelah itu saya duduk kayak nggak ada apa-apa. Nggak lama kemudian ada pelayan yang bisikin saya kalau cupcakesnya udah ada di belakang. YA BOK, ngapain pake bisikin, deh? Suami kan jadi bertanya-tanya itu kenapa bisik-bisik. Karena nggak tahu mau jawab apa, saya bilang aja mas-nya kasih tahu tempat ini non-smoking. TIDAK MASUK AKAL, SODARA-SODARA. Hahaha! Untung suami udah kelaperan jadi nerima aja sarannya.

Setelah makan dan perut kenyang. Lalu saya ke belakang minta kuenya dikeluarin. Ini pake lama, lho. Belum lagi, pelayannya deketin saya lagi untuk nanya, nanti mau dinyanyiin nggak? Ya iyalaaah! -___-”

Setelah nunggu beberapa saat, keluarlah itu cupcakes dan bunga serta segerombolan pelayan nyanyiin lagu Happy Birthday buat suami. Si suami sempat bingung pas ada ribut-ribut, dia pikir ada yang ulang tahun, nih. Tapi nggak kepikiran itu dia! KOCAK banget, deh! Hahahaha.

Surprise-nya sukses! Dia suka cupcakesnya, dia suka bunganya (yang mana akhirnya buat pajangan istri. Hihihi). I wish you nothing but the best, dear. I love you! :*

Surprise bunga buat suami

Surprise bunga buat suami

That wide smile after the surprise

That wide smile after the surprise

PhotoGrid_1401497567085

Belum Waktunya

Di sini saya pernah cerita tentang saya yang lagi ngecek kondisi rahim ke dokter. Bukan karena hamil, ya. Tapi karena belum hamil juga. Di bulan April itu, nggak dilakukan tindakan apa-apa, cuma dikasih vitamin aja biar alami. Hasilnya, bulan itu saya nggak hamil.

Bulan depannya, saya melanjutkan pemeriksaan. Kali ini diprogram. Jadi H+3, +7, +18 setelah mens saya harus periksa ke dokter untuk lihat perkembangan sel telurnya. Waktu itu, saya bela-belain datang pagi-pagi ke dokter ditemani Mama, habis itu langsung balik ke kantor lagi.

Setiap datang ke dokter dan di-USG hasilnya selalu baik. Sel telur berkembang dengan semestinya. Bahkan pas masa subur, telurnya ada beberapa yang ukurannya sesuai untuk ovulasi. Supaya pas ovulasinya, saya pun suntik pecah telur (yang mana mahal amit, yee). Selain disuntik, saya pun harus minum obat hormon yang harus sama jamnya. Itu perjuangan banget, deh. Kadang-kadang di tengah meeting keluar cuma buat minum obat, atau kalau lagi di pesta teteep bawa obat buat diminum tepat waktu. Biar nggak telat, saya pasang alarm pas siang dan malam hari. Saya jadi bawel harus makan sebelum minum obat, yang mana kadang-kadang situasinya nggak mungkin. Kalau situasinya lagi nggak mungkin buat makan, ya udah saya minum obat tanpa makan.

Waktu masa subur, dokter bilang hasilnya bagus dan dikasih jadwal berhubungan. Ish, saya langsung gembira berbunga-bunga, dong. Pasti jadi, nih. Semua perintah dokter dilakukan dengan baik.

Lewat masa subur mulai deh berhati-hati biar nanti jadi bayi. Jalan hati-hati, makan hati-hati, nggak mau kecapekan. Pokoknya semua hati-hati. Menjelang H+30, kok ya nggak menunjukkan gejala hamil. Badan tetap fit, nggak pusing-pusing, nggak mual, nggak bolak-balik pengen pipis. Pokoknya biasa banget, deh. Udah deh mulai pesimis kayaknya gagal lagi.

Tepat di H+30, mens datang pas saya lagi di kantor. Itu udah nggak kebendung lagi gimana meweknya saya. Rasanya hati hancur berkebing-keping. Ekspektasi udah setinggi langit, dokter bilang udah bagus, tapi.. tapi… kenapa gagal juga.

Saya langsung bbm suami ngasih tau kalo saya mens. Dia pun ikut sedih. Hari itu saya yang harusnya pulang jam 6 sore, nggak kuat lagi nunggu selama itu akhirnya ijin jam 5 sore pulang. Sampe rumah, langsung masuk tempat tidur dan mewek lagi. Sediih, mak! Ini kok kayaknya susah amat mau hamil, padahal orang-orang kok ya hamil kayak ngeluarin telur. Gampil!

Untungnya punya suami yang lebih nggak gampang down dibanding saya. Dia pun peluk-peluk saya, beliin makanan, dan biarin saya tidur lebih awal.

Berkali-kali saya bilang dalam hati, belum waktunya dikasih. Waktunya mungkin buat senang-senang pacaran berdua dulu. Semudah-mudahnya untuk berusaha ikhlas dan pasrah, kenyataannya itu susaaah banget. Lebih susah lagi waktu si Mama nanyain gimana hasilnya dan saya harus dengan sok cool-nya bilang lagi mens, tuh. Kenapa nggak curhat aja? Because I would cry like a baby and that was the last thing I wanted to do. Menceritakan betapa sedihnya saya waktu itu sungguh bikin hati tercabik-cabik, sih. Melihat orang menunjukkan empatinya dan kemudian mengasihani saya malah bikin saya makin sedih. Jadi  waktu itu saya memutuskan untuk (pura-pura) cool dan seperti biasanya aja.

Setelah dua bulan mencoba (dan cukup bikin saya stres), akhirnya kami memutuskan untuk berhenti dulu ke dokter. Istirahat dari segala treatment yang bikin capek mental dan fisik. Milih untuk bersenang-senang dulu dan tetap berdoa, serta meyakini mungkin emang belum waktunya. 🙂

So yes, semoga lain kali ada berita bahagia, ya. 🙂

Happy Birthday, Suami!

Si suami ulang tahun tanggal 30 Mei lalu. Apakah istri heboh bangun tengah malam seperti tahun lalu? Ehm, tentu tidak, dong. Hihihi. Masa tiap tahun sama nanti bisa ketebak. #alesan #padahalbelumpunyaide 😀 😀

Pagi-pagi bangun seperti biasa sambil ucapin “HAPPY BIRTHDAAAAAY!” di tempat tidur. Cipika-cipiki sambil masih bau iler (*joroookkk*). Supaya agak istimewa dikit, yang biasanya sarapan oatmeal, kali ini boleh makan bubur ayam favorit, deh. Saya pun nyuruh suami beli bubur ayam yang ternyataaa abangnya pulang kampung. YAH, terpaksa makan oatmeal, deh. *puk-puk suami*

Karena hari itu saya lagi libur, maka suami pun berangkat ke kantor sendirian. Istri lanjut tidur. HAHAHAHA *kebo*. Siangan, saya pun pergi ke salon dekat rumah untuk potong rambut, yang mana ternyata capster langganan lagi pergi ke mangga dua jadi hari itu nggak masuk (WHYYYY, MAS? WHYYYY? *nangis*), akhirnya pake capster langganan si Mama. Saya udah nunjukin foto rambut yang saya mau. Dengan maksud rambut sebelumnya yang salah potong bisa jadi manis, eh.. doi malah bikin rambut saya kayak Dora aja, loh! Grmbl! Grmbl! Oh, I will tell dora hair later.

Setelah di salon lama karena harus ngantri, saya pergi ke mall terdekat demi beli kue ulang tahun buat suami sama kado. Masih belum kebayang sih mau beli apa. Soalnya si suami kalo ditanya jawabannya suka nggak jelas mau apa. Kalo saya kan jelas banget bisa bikin daftar barang dari A-Z. HAHAHAHA!

Di mall, saya malah nggak fokus. Mau beli ini itu tapi buat diri sendiri. Ya taslah, sepatulah, bajulah. Aaaak, aku tak fokus. Akhirnya lama di mall cuma pusing mikirin diri sendiri. Untungnya bisa menahan diri kalau tujuan hari itu untuk si suami.

Pas liat jam, whaaat udah jam 4 aje! Si suami biasanya sampe rumah jam 6 sore, nih. Trus saya kan ceritanya mau bikin surprise di rumah jadi harus ngatur printilannya. Dasar wanita labil, mutusin beli kue aja pake labil mesti di toko A, B, atau C. Hih! Akhirnya mutusin beli di Eaton karena ada ukuran yang nggak terlalu besar. Secara kita kan cuma berdua, bok. Kalau besar-besar siapa yang ngabisin.

Nah, setelah dapat pilih kue yang mana, saya titipin kuenya dan ngacir ke Gramedia mau beli kartu ucapan. Eh, pas di Gramedia mata kepincut tas backpack Jansport yang udah lama didambakan si suami karena tas backpack lamanya udah robek. Tapi nggak beli-beli karena dia masih punya tas selempangan yang lain dan si tas ini harganya mihil bener. Lebih mihil dari tas-tas saya. Akhirnya setelah dipikir-pikir saya jadikan tas itu kado. Pilih warnanya aja PR banget buat saya. Mau hitam atau biru dongker, niiih? Lama bener pilihnya kayak pilihan mau hidup dan mati. Setelah beres beli tas dan pilih kartu ucapan (yang mana lama juga karena ribet nggak mau terlalu rame dan kelihatan girly), plus kertas kado (yang banyakan gambarnya imut-imut. Ih, susah deh cari yang buat cowok), saya pun bayar semuanya. Habis itu minta mbaknya buat bungkus kadonya. Mbaknya pengen dicubit karena bungkus kadonya pake ketawa-ketawa dan ngobrol seakan-akan itu bungkusan bakal kelar besok pagi. Zzzz!

Setelah kado udah cakep. Saya naik ke lantai atas lagi ngambil kue dan turun ke bawah cari taksi. Di depan mall nggak ada taksi, jadi pas saya lihat lagi ada taksi ngetem di depan mall, saya pun buru-buru nyamperin sampe nyebrang jalan. Yee, si abang taksi nolak saya dengan alasan, “Saya lagi nunggu orang.” Saya sewot, dong dan bilang, “Kalau nunggu orang lampu penanda taksinya kosong dimatiin, dong!”. Lalu saya pun masuk mall untuk keluar di pintu sebelah timur demi dapat taksi lain yang untungnya kali ini mau. FIUH, lega!

Oh, tapi tidak semudah itu sodara-sodara. Waktu itu udah jam 17.40 dan jalanan macet! Padahal harusnya dari mall ke rumah itu cuma 15 menit. Dalam hati komat-kamit semoga suami kena macet juga jadi bukan dia yang pulang ke rumah duluan.

Untungnya tepat jam 18.00 saya sampai rumah. Saya buru-buru masuk. Niatnya pengen kasih kejutan dengan matiin lampu, pasang lagu happy birthday, dan di meja makan udah ada cake dengan lilin nyala. Jadi begitu suami masuk, SURPRISEEEE! Kenyataannya, saya nggak punya lagu happy birthday. Buru-buru ambil laptop, buka internet cari lagu ultah di youtube, lalu diconvert dulu jadi mp3 biar bisa dipasang di TV. Baru download 3 lagu, eh kedengeran suara orang lagi mau buka kunci gerbang. AKKKK, ini pasti suami. Saya pun langsung lari ke kamar (inget ini rumahnya lagi gelap banget karena lampu udah dimatiin), ambil flashdisk, mindahin lagu-lagu ke flashdisk. Di situ saya udah dengar suami berhasil membuka gerbang. OH NOOO! Saya buka kue dan taro di meja makan tanpa pasang lilin karenaaaa… udah nggak keliatan apa-apa lagi. Habis itu bawa flashdisk ke dekat tv mau nyalain lagu. Karena gelap banget, saya udah nggak keliatan tempat naro flashdisk di mana, jadi tuh benar-benar meraba-raba. Sementara suami, udah kedengeran lagi mau buka pintu depan. AAAAAAK, paniiiik!

Waktu suami berhasil buka pintu depan, saat itu juga flashdisk berhasil dipasang dan mengalun lagi happy birthday berbagai versi. Sementara saya yang udah nggak sempat ngumpet lagi, akhirya cuma ngumpet di dekat tv.

Si suami masuk dengan mengendap-endap karena takut dikagetin (hihihihi, secara tiba-tiba ada lagu ultah). Udahlah ya, karena tempat persembunyian saya nggak oke, maka dalam sekejap juga ketauan. Langsung deh teriak, “SURPRISEEE!”. Dan si suami pun kesenangan. Yeaaay! 😀 😀

Setelah itu langsung tiup lilin dan kasih kado. Ish, si suami senang banget sama kadonya sampe dia terharu. Duileh, gampang amat ini nyenengin si suami. Hihihi. Walaupun kejutannya abal-abal banyak gagalnya, tapiii lumayan deh si suami kelihatan happy. 😀

You're truly a blessing, husbang! *

You’re truly a blessing, husband! *

Senyum lebar ala cover boy

Senyum lebar ala cover boy

Tas idaman akhirnya di tangan juga!

Tas idaman akhirnya di tangan juga!

Setelah itu, kami berencana akan birthday dinner. Tentyuu lokasi masih dekat rumah karena kan udah malam dan Jakarta macet, cyin! Restoran yang terpilih adalah Ikkudo Ichi. Setelah sekian lama nggak makan ramen (padahal sih baru bulan lalu, tapi bukan ramennya Ikkudo), akhirnya pilihan jatuh di Ikkudo, restoran ramen favorit kami yang ramennya enakkkk banget. Saking cintanya sama ramen Ikkudo, saya nggak mau makan sering-sering di sana supaya nggak bosan dan supaya pas makan tetap rasanya kayak jatuh cinta (yang mana si suami langsung bilang, “Kamu kayak kesurupan ke ramen ini”. Hihihihi). Seperti biasa, ramen ini tak pernah mengecewakan. Isinya besar banget, bumbunya juga berasa di lidah. Sempurna, deh! Waktu itu perut saya udah begah tapi tetap maksain habisin sampe ke kuah terakhir karena saking cintanya. Hahahaha! Berakhir eneg, deh. 😀

Ramen penggugah selera. Slllrrrp!

Ramen penggugah selera. Slllrrrp!

Tak lupa foto dengan rambut baru

Tak lupa foto dengan rambut baru Dora

Perut kenyang, hati pun senang *elus-elus perut buncit*. Ih, masih jam 8 malam, nih. Malu dong sama anak gaul abegeh di luar sana kalau udah mau pulang. Jadi lanjut dong buat nonton Kakak Joe Taslim di Fast and Furios 6. Lihat Joe Taslim di bioskop dengan adegan yang banyak bikin hati berbunga-bunga dan terharu. Bangga bener deh, Kakaaak! *di kejauhan AgnezMo menatap dengan dengki*. Apalagi pas dia ngomong pake bahasa Indonesia, “Hantam Mereka, Vegh!”. Entah si Vegh yang jelas-jelas bule berbadan bongsor ngerti atau nggak. Pokoknya akuh bangga, deh!

Maka malam itu setelah pulang nonton, hati senang, kami pun tidur tenang.

Apakah rangkaian ulang tahunnya selesai? Ya tentu tidak. Hari Minggunya kami pun makan siang dengan keluarga mertua untuk ngerayain ultah suami di Ta Wan. Si Ta Wan ini nggak pernah gagal banget, deh. Semua makanannya enak banget. Saya aja yang susah makan kalo udah di Ta Wan, semua makanan juga saya santap. Enak bangettt!

Happy family!

Happy family!

Semoga Pak Suami bertambah bijaksana, bahagia, dan dilimpahi banyak berkat, ya. AMIIIN! 😀

Pertama

14 April 2013

HAPPY FIRST WEDDING ANNIVERSARY!

Tahun pertama dilalui dengan berbagai macam adaptasi. Semuanya serba pertama jadi kayak anak bayi baru belajar jalan, deh. Kadang-kadang jatuh, tapi tetap berusaha jalan buat melangkah.

Pertama kalinya megang kontrol penuh ngatur keuangan. Oh, it’s not easy at all! Pengen ini-itu, eh tapi keinget masih harus beli keperluan rumah tangga yang ini-itu juga. Belajar yang namanya belanja bulanan yang keliatan belinya nggak banyak tapi kok pas bayar ya muahal. Setiap ada hal-hal rumah tangga yang habis pasti langsung saya masukin note di HP supaya nggak kelupaan belinya.

Pertama kalinya belajar hidup satu rumah sama si suami. Beradaptasi sama kebiasaan doi dan saya yang beda banget. Dia berantakan, saya maunya rapi. Oh well, mungkin ini permasalahan terbesar di satu tahun pernikahan kali, ya. Jadi gimana caranya saya elus dada aja (tanpa ngomel) kalo si suami naro barang sembarang, sementara si suami juga berusaha untuk lebih rapi. Eh, tapi suamiku ini baik,  lho. Kalo liat istrinya terkapar capek, dia mau bantuin cuci piring pas malam-malam. Lalu dia mau bersihin rumah bareng-bareng tiap weekend. Dia biasanya bagian kamar mandi dan teras, sementara saya bagian ngepel, cuci, nyapu. He’s a goog partner. :*

Pertama kalinya boleh pergi ke mana-mana berdua aja sampe tengah malam. IHIIIYY! Tapi tetap aja ya bok, mana mungkin lah saya tahan begadang tengah malam jadi biasanya sebelum jam 12 malam juga udah nongkrong di rumah. Macam Cinderella gitu kita! X)))

Pertama kalinya belajar untuk kompromi di segala hal. Yes, segala lini. Belajar kalo nggak harus ego saya yang menang, tapi juga dia (aiiih, susah beneer ini). Belajar untuk nggak ngambek atau marah lama-lama dan belajar mendengarkan lebih baik.

Di tahun pertama ini, saya menyadari bahwa sebagai istri, I’m not perfect at all. But what I realize is he is a blessing for me. Suami yang nggak banyak nuntut, yang suabarnya tingkat tinggi banget, dan nggak pernah kasar sama istrinya, yang selalu mimpin doa tiap pagi sebelum beraktivitas, ngelus-ngelus istrinya kalo kecapekan dan mijitin (oh, pijitan dia enak banget nget!). I’m just so lucky. 😀

May God give us blessing for more years to come. I love you, sayang! :*

mtf_dEjKs_827(1)

Demi!

Halo Pak Dokter (lagi)!

Hari ini, tepat di masa subur, saya disuruh balik untuk cek kondisi sel telur dan dinding rahim. Nah, karena itu di weekdays, Pak Dokter bilang jam 16.00-19.00 dia praktek di PacHealth Plaza Indonesia. Oh, baiklah mari kita ke sana.

Supaya cepat, pulang kantor saya langsung naik busway. Saya langsung naik ke lantai 7 tempat PacHealth berada. Begitu keluar dari lift langsung disambut dan ditanyakan keperluannya. Saya pun diantarkan ke resepsionis. Kesan pertama adalah berasa di hotel berbintang 5. Ruangannya luas, bersih, dan mewah.

Yang terlintas pertama kali di pikiran saya, “Ini berapa biayanya?”. GLEK! Tapi muka sih sok iye aja.

Setelah registrasi dan difoto untuk kartu member (yang kayaknya mikir sejuta kali buat berobat ke sana lagi), saya pun diantarkan ke bagian obgyn. Haish, ruang tunggunya aja keren: sofa embuk, karpet halus, dan banyak majalah ibukota. Saya langsung dilayani perawat untuk tensi dan timbang badan. Ehm, tapi peralatannya masih manual, bok! Beda sama RS Bunda yang tensi dan timbangannya udah digital.

Setelah cek, saya ditanya, “Mau minum apa, Bu? Air putih, teh, kopi, atau jus?”. Bingung deh saya. Ini minuman gratis atau bayar. Kebayang nggak mahalnya berapa kalo bayar. Ya udah, saya pun cuma pesan air putih hangat. *kekep dompet erat-erat*

Nunggu nggak terlalu lama, saya pun dipanggil ketemu Pak Dokter. Lagi-lagi USG Trans V (dan lagi-lagi saya tetap tegang. Hahaha!). Kata Pak Dokter, dinding rahim udah pas tebalnya (yeay!), endometrium bagus, sel telur saya banyak, tapi…. kecil. Kalau dilihat cuma ada 1 tel telur yang besar, yang lainnya kecil dan belum memadai untuk ovulasi. Tapi si Pak Dokter kelihatan positif-positif aja mukanya. Jadi saya pun nggak takut.

Si Pak Dokter nyuruh saya minum vitamin E Enurol. Lalu dia bilang berharap aja sel telur akan membesar setiap hari, jadi dia memberi rencana tanggal berapa aja harus berhubungan. Kalo bulan ini belum berhasil, maka bulan depan disuruh balik lagi untuk disuntik pecah telur. HAISSSH! Plis, berhasil aja, dong!

Setelah selesai konsul, ditanya perawat vitaminnya mau dibeli di situ atau nggak. Oh, tentu saja nggak. Takut mahal, bok! Nanti beli di apotik langganan aja, deh.

Keluar dari ruang konsul, saya diantarkan ke meja kasir. Mulai deh ya, harap-harap cemas bayarnya berapa. FYI, dari tadi pasien yang saya temukan bule semua. Kebayang kan kira-kira tarifnya berapa. Yak, pas disebutin totalnya Rp 610.000 untuk konsul dan USG. *kesambar petir* *tapi berusaha cool* *dalam hati senyum miris*.

Anyway, hasil foto USG di PacHealth juga nggak terlalu jelas kayak di RS Bunda. Kalo di RS Bunda, foto USG-nya jelas banget dan dapat 3 print yang berbeda. Sementara di Pac cuma dapat 1 print dan nggak jelas pula itu fotonya.

Oleh karena itu, saya memutuskan lebih baik kabur dari kantor bentar demi ke RS Bunda aja, deh. Ini mahalnya sih keterlaluan amit! Tapi demiiii si baby, ya. Demi banget! 😀

Doakan bayinya muncul di perut, ya! 😀

Cek dan Ricek Lagi

Setelah bulan lalu sempat cek lab, maka Kamis kemarin saya dan suami pergi ke obgyn untuk cek lagi. Sebenarnya udah dari hasil lab keluar, kita udah mau cek cuma ya karena bulan kemarin saya beberapa kali harus travelling dan kerjaan padat jadi si suami juga nggak bisa cuti, maka pas awal bulan ini bisa langsung ngegeret suami biar nemenin ke obgyn.

Oh ya, karena program bikin anaknya berdua suami (ya iya dong, masa sendiri aja), maka udah dari awal cek lab juga berdua dan ke obgyn juga berdua. It takes two to tango kan, ya. 😀

Untuk cari obgyn yang sesuai hati juga susah. Karena saya kerja di bidang kesehatan, jadi saya pengen obgyn-nya harus sabar, ramah, dan komunikatif. Jadi saya nggak mau obgyn yang buru-buru dan nggak sabar menjelaskan ke pasien. Big NO NO banget!

Nah, sehari sebelumnya Mama bilang ada dokter yang bagus di RS Bunda, namanya dr. Ivan Sini. Hal pertama yang saya lakukan adalah googling tentang si dokter dan nanya beberapa teman yang pernah konsultasi di RS Bunda. Semua review-nya positif. Dr. Ivan ini disinyalir ganteng, baik, selalu memberi sugesti positif, dan berdedikasi sama pekerjaannya. WEW, klop lah ya sama kriteria eike! 😀 Dan ternyata pulak, si bos pas program bayi tabung ya dengan dr. Ivan ini. Langsung deh nggak ragu lagi. Soalnya si bos kan orangnya concern banget sama pemilihan dokter (yaeyalah, dese kan dokter juga).

Langsung saya telepon ke RS Bunda Menteng. ALAMAAAAK, jadwal dr Ivan penuh terus. Minggu ini ke luar kota, minggu depan praktek sih tapi Senin-Sabtu full pasien, 2 minggu ke depan ke luar negeri, dan bahkan sampe awal Mei pun masih ke luar kota/negeri. GLEEEK! Rupanya banyak penggemarnya.

Okeh, kayaknya kelamaan ya nunggu sampe pertengahan Mei. Maka dari itu, nanya lagi ke teman-teman mana dokter yang oke. Sejauh ini komentarnya adalah rata-rata dokter di RS Bunda ini oke. Akhirnya saya coba dr Taufik Jamaan yang teman saya pernah konsul sama dia juga. Oh, tentu dong saya googling dulu nama dia. Hasilnya, banyak komentar positif. Katanya orangnya sabar banget dan komunikatif. Oke marilah kita langsung tanya jadwal dia. Kebetulan banget di hari Kamis itu masih ada jadwal kosong di jam prakteknya yang cuma 1 jam itu (BOS, bentar amat prakteknya).

Hari Kamis itu saya udah siap-siap berangkat 2 jam sebelum appointment. Nggak mau telat, bok! Waktu itu dia praktek di BIC (Bunda International Clinic), masih sejajaran dengan RSIA Bunda.Begitu sampe, eh ngeliat banyak banner program kelas kantor saya. Lah, ternyata RS Bunda ini kerja sama dengan kantor saya. Bahkan itu banner yang ngerjain si suami. HOALAAAH, kok saya nggak tau, ya? *toyor diri sendiri*. Langsung deh bilang ke suami, “Ish, it’s a sign, deh!” Hihihi.

Pas masuk disuruh isi form registrasi, di mana harus menyerahkan fotokopi KTP suami-istri dan surat nikah (yes! Harus ada surat nikah –> agak janggal, ya). Nunggu 10 menit, langsung dipanggil perawat untuk data kesehatan dan timbang. Nggak lama nunggu langsung deh ketemu Pak Dokter.

Dr. Taufik ini pas awalnya biasa aja, malah mukanya datar. Tapi jangan salah, pas ngobrol, eh dia bisa ngelucu juga. Bikin saya dan si suami nggak jadi tegang. Dia langsung menerangkan proses kehamilan itu gimana dan nanya beberapa hal mengenai menstruasi. Setelah itu saya diminta untuk USG Trans-V (udah khatam sekarang).

Pas USG, dia minta si suami juga ikut ngeliat. Dia jelasin detil banget mengenai kondisi rahimnya gimana (yang mana katanya dinding rahimnya tipis dan sel telurnya belum membesar). Tapi dia nyuruh kita untuk mencoba alami aja dulu. Biasanya masalah kayak gitu karena ketidakseimbangan hormon yang disebabkan banyak hal, mostly sih karena lifestyle dan stres. Oke deh kakak, jadi nggak boleh stres, ya. Pak dokter cuma kasih 2 jenis obat untuk 5 hari ke depan (karena masa subur saya 5 hari lagi) yang gunanya untuk mempertebal dinding rahim dan mempersiapkan kehamilan (progynova dan natavit).

Setelah itu, saya kasih hasil lab pak suami ke dia. Dia pun ngasih obat Prolibi untuk mempercepat jalannya sperma suami. Itu pun dikasih untuk 5 hari aja sampe masa subur saya.

dr. Taufik ini emang sabar banget, ya. Secara saya banyak nanya. Obatnya pun satu-satu saya tanya gunanya apa. Dan dia jelasin semuanya dengan baik dan lucu. Pak suami pun langsung jatuh hati karena kesabarannya dan dia pun jadi banyak nanya juga. YEAY! 😀

Untuk biaya sendiri, sebenarnya udah diperkirakan range harganya jadi nggak terlalu shock. Mungkin satu-satunya yang bikin shock adalah obat suami yang cuma 5 butir kecil tapi harganya paling muahal.

Berikut perinciannya:
Clinic administration fee ___ Rp 50.000
USG ___________________ Rp 175.000
New patient administration _ Rp 35.000
Consultation and treatment _ Rp 250.000

Obat:
Prolibi _________________ Rp 296.500
Progynova 2 MG _________ Rp 70.000
Natavit _________________Rp 42.000

Jadi totalnya: Rp 918.500

Benar kan obat suami bikin shock harganya. Si Prolibi ini hampir Rp 300.000 untuk 5 butir kecil obat. *meringis*. Semoga ampuh, ya. Semoga sperma-nya jadi juara lari sedunia. Semoga bisa membuahi sel telur, yeee.

Oke, mari tunggu sampe si masa subur datang *siramin sel telur pake vitamin*. 😀

 

 

Balada Medical Check-Up

Sabtu kemarin, saya dan suami akhirnya melakukan pemeriksaan pra-nikah (tapi dilakukannya setelah nikah. Hehehe) di salah satu rumah sakit. Sebenarnya udah dari sebelum nikah pengen banget melakukan medical check-up tapi selalu ketunda dengan berbagai macam alasan. Dulu sempatnya cuma vaksin kanker serviks aja. Di mana saya anaknya takut sakit dan menganut prinsip lebih baik mencegah daripada mengobati maka keukeuh banget pengen med-check sebelum hamil. Seram juga dengar cerita teman-teman yang nggak med-check lalu ternyata ada apa-apa dengan bayinya. Ih, jangan sampe, deh *ketok meja seribu kali*.

Karena sering ketunda, saya udah niat banget mau med-check setelah selesai pindahan. Ternyata gayung bersambut, dalam rangka hari valentine, ada promo untuk pemeriksaan pra-nikah. YEAAAY! Sebagai banci diskon, tentu saja saya langsung semangat, ya. Udah wanti-wanti si suami dari beberapa minggu sebelumnya kalo Sabtu kita bakal med-check.

Sabtu pagi kita langsung menuju rumah sakit. Di sana udah ada teman saya. Seperti biasa med-check pasti melibatkan pengambilan darah, kan. Ah, tenang! Dari kecil udah sering disuntik jadi nggak takut sama jarum suntik. Tapi si suster kayaknya nggak rela saya nggak takut. Dia keukeuh bilang kalo saya takut bilang aja, nggak apa-apa. Ya opo toh suster ini masa nggak takut tapi dipaksa. Udah gitu tadinya yang disuntik adalah lengan kiri saya, tapi venanya terlalu tipis jadi walaupun udah dimasukin jarum suntiknya tapi tetap nggak bisa keambil darahnya. Akhirnya pindah ke lengan kanan dan sukses bisa diambil darahnya.

Udah aman, dong ambil darah. Habis itu saya nunggu lagi dan giliran suami diambil darahnya. Begitu balik dari ambil darah, si suami cerita kalo sebenarnya dia takut banget disuntik. HUAHAHAHA, kalah sama istrinya. #istrikurangajar #dikeplak

Tapi kemudian giliran istri yang ketakutan karena dokter kandungan bilang USG-nya bukan yang USG luar, tapi USG transvagina aja, di mana kamera kayak benda panjang dimasukin ke vagina untuk dilihat rahimnya. Ini dilakukan karena saya udah nikah jadi biar kelihatan lebih jelas.

MAMA, aku takuuuut!

Seumur hidup mana pernah di-USG macam gini. Harus buka celana, dong? YAOLOH, apa yang harus kuperbuat? #drama Untungnya dokternya cewek. Sebelum buka celana saya nanya berkali-kali apa rasanya bakal sakit. Dia bilang sih nggak. Kenyataannya, agak sakit dikit karena saya tegang. HAHAHAHA! Sebenarnya sih mungkin nggak bakal sakit. Setelah di-USG katanya sih baik-baik aja. Cuma karena saya mau haid, kondisi sel telurnya udah pecah-pecah dan dinding rahimnya menebal.

Setelah cek sana-sini, yang terakhir adalah konsultasi fisik dengan dokter. Nah, si suami ini sering pegal-pegal. Dokter bilang coba cek kolesterol siapa tau pegal-pegal itu dari kolesterol. Lalu si suami seperti tertampar. Secara dia hobi banget makan dan jajan. Walaupun dilarang, dia tetap aja jajan sembarangan. Padahal di rumah mana pernah saya sediain cemilan. #pukpuksuami

Akihrnya si suami pun berniat untuk diet ketat dan menurunkan berat badan dan kolesterolnya. Katanya pengalaman ke rumah sakit itu menyeramkan dan dia nggak mau ke sana sering-sering ke sana. Hihihi! Semoga kali ini dietnya konsisten, ya.

Oh ya hasilnya minggu depan udah keluar. Doakan semua baik-baik aja. Akyu juga deg-degan. 😀